Putus Karena Sikap Bukan Sifat
Semasa SMA
Indra adalah cowok yang paling keren , paling cool, paling ganteng dan paling
baik. Saat itu Indra sering sekali memperhatikan teman
sekelasnya yang tidak terlalu cantik dan dengan penampilannya yang sangat
sederhana namun menarik perhatian Indra. “sejak aku masuk kekelas ini aku
merasakan hal yang berbeda, setelah melihat dia aku merasakan sesuatu” dalam
hati Indra berkata. Hari demi hari,
bulan demi bulan Indra menyadari bahwa dia menyukai Billa. Ya cewek yang disukai Indra itu bernama Billa.
Tetapi selama 3 tahun mereka berada dalam 1 kelas , mereka tidak pernah saling
berkomunikasi, keduanya saling diam satu sama lain. Dera teman dekat Billa
sering bilang kepada Billa bahwa Indra menyukainya bahkan teman-teman Indra pun
sering memanggil Billa dengan panggilan Indra, tetapi Billa tidak pernah
mendengarkannya. Maka dari itu, apabila Billa bertmu dengan Indra Billa merasa
malu, entah kenapa Billa selalu mendadak salting, jangankan untuk bertanya ,
untuk melihat wajahnya saja Billa tak berani. Billa merenungkan perkataan
teman-temannya tentang Indra, dia bertanya dalam hatinya “Apakah benar Indra
suka padaku? Rasanya itu tidak mungkin , masih banyak cewek yang lebih cantik
daripada aku, aku ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cewek-cewek
diluar sana yang menyukai Indra.”
Indra tidak
pernah mengungkapkan isi hatinya pada Billa. Indra tidak mempunyai keberanian
yang cukup, sedangkan Billa tidak menyukai cowok yang cemen seperti Indra, maka
dari itu Billa tidak pernah mendengarkan perkataan teman-temannya mengenai
Indra. Dia hanya akan mendengarkan jika perkataan itu keluar dari mulut Indra
sendiri.
Perpisahan pun
tiba, entah ada angin apa Indra menghampiri Billa. . .
“Hy Bil, kamu sedang apa disini?
Oh iya ngomong-ngomong kamu akan melanjutkan sekolah kemana?” Indra bertanya.
“Eh ndra, sedang diam saja.. mm
mungkin aku akan melanjutkan ke SMAN 3 Bandung” Billa menjawab.
“Ooh..Bil sebenarnya aku kesini,
aku mau pamit sama kamu.. kemungkinan aku akan melanjutkan sekolah diluar kota
karena orang tuaku memutruskan akan pindah rumah ke luar kota, maka dari itu
aku pamit, aku harap kamu tetap menjadi kamu ya , kamu yang baik, kamu yang apa
adanya, kamu yang ramah dan kamu yang sederhana. Agar nanti jika aku bertemu
denganmu lagi aku akan masih tetap suka sama kamu. Selamat tinggal Billa. . . ”
(dengan wajah yang sedih Indra pamit)
“Hah? Kamu pindah kemana ndra? Ya
sudah , semoga kamu sukses disana yaa...apakah benar kamu menyukaiku?” (dengan
kaget Billa bertanya).
“Sudahlah kamu tidak perlu tau,
iya itu benar Bill, tapi sudahlah jangan dipikirkan.. jaga dirimu baik-baik
ya.. ”
Semenjak
itu Indra tidak pernah menghubungi Billa ataupun menemui Billa, dia menghilang seakan ditelan bumi.
4 tahun berlalu. . .
Kriing..kriing..kriing handphone
Billa berbunyi “Hallo? Ini siapa ya?” Billa mengangkat telfonnya.
“Ini dengan Indra..” Indra
menjawab. “Indraaa apa ya?” Billa bertanya lagi. “Indra Munawar” Indra
menjawab. “hah???” tuut..tuuut..tuuut...telfonnya terputus. Billa loncat
kegirangan sampai dia meneteskan air mata kebahagiaan karna dia mendapat telfon
dari Indra. Dia belum pernah merasakan senag sesenang itu. Tiga hari kemudian Billa mendapat sms dari
Indra yang isinya Indra ingin menjadi pacar Billa. Awalnya Billa menolak, namun
setelah dia pikirkan akhirnya Billa menerima Billa. Tanggal 11 Januari mereka
jadian, memang 1-3 hari mereka berpacaran Billa merasa senang karna Billa
memang menyukai Indra dengan sikapnya yang sewaktu SMP itu baik. Hari ke 4
mereka berpacaran ternyata Indra tidak sholat shubuh , alasannya sih karna
udara dingin di tempat tinggalnya yang baru. . .Billa memaklumi itu. Hari ke 5
berpacaran ternyata Indra suka merokok, Billa tidak suka itu tetapi Billa
mencoba mengerti dan memaklumi. Indra bilang “kalau cowok nggak ngerokok,
berarti dia banci” .. okee Billa
memaklumi. Hari ke 6 mereka berpacaran ternyata Indra suka minum-minuman keras,
Billa sempat marah kepada Indra “apa sih enaknya minum-minum seperti itu?”.
Indra menjawab “Bill, tolonglah kamu ngertiin aku , kamu tuh harus menerima aku
apa adanya.. jangan sedikit-sedikit marah dan komplain tentang kebiasaan aku”.
Billa menjawab dengan tegas “Aku hanya akan menerima apa adanya sifat kamu
ndra, bukan sikap kamu”.
Keesokan
harinya hari ke 7 pada saat Billa sedang belajar sosiologi yang membahas
tentang genk motor, Billa langsung mengambil handphonenya dan langsung bertanya
pada Indra...
“Ndra, kamu ikutan genk motor gk?”
“Iya, memang kenapa Bil? ” Indra
menjawab.
“Kamu sudah keterlaluan Ndra !”
jawab Billa dengan marah.
“apanya yang keterlaluan? Kamu gk suka? Aku kan sudah bilang sama kamu,
kamu terima aku apa adanya !.” jawab Indra.
“Aku juga sudah bilang sama kamu,
aku akan menerima kamu apa adanya jika itu memang sifat kamu dan bukan sikap
kamu..kamu pikir aku mau menerima sikap kamu yang seperti itu? Tidak Ndra, maaf
aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini sebelum kamu berubah.” Billa menjawab
dengan tegas.
“Bill, Bill, Bill . . . kamu
jangan gitu dong , maafin aku.. aku sadar aku salah.. tolonglaah jangan seperti
itu.” Indra memohon.
Billa
tidak membalas lagi dan nomor handphonenya sudah tidak aktif, Indra sangat
menyesali perbuatannya yang keterlaluan dan dia mulai memperbaiki dirinya.
Akhirnya dia menyadari bahwa yang dia lakukan itu salah dan menyakiti hati
orang-orang yang ia sayangi. Sekarang dia tau apa bedanya sifat dan sikap.
Semenjak itu ia berubah dan kembali menjadi Indra semasa SMP, Indra yang manis
dan Indra yang baik.
Beberapa tahun kemudian. . .
Mereka dipertemukan kembali dalam
1 pekerjaan yang sama. Billa sebagai suster dan Indra sebagai Dokter, perassaan
mereka mulai tumbuh lagi. Dan akhirnya mereka bersatu kembali......
.”